Kisah seorang Ayah yang menjadi sosok pahlawan bagi keluarganya
– Bagian 4 –
Sampai di tahun 1976, ketika ayah kami mempunyai rezeki yang cukup untuk membeli mobil. Toyota Corolla 74 second. Ketika itu di bulan April, kami sekeluarga besar, bertamasya ke kawasan Puncak.
Rezeki, jodoh, dan ajal memang hanya milik Allah semata.
Kisah “kebanggaan” ayah kami yang bisa mempunyai mobil, ternyata membawa ujian berat bagi kami sekeluarga.
Tak dinyana, mobil yang kami tumpangi disenggol Bus dan kami terperosok masuk jurang di kawasan Cipayung. Hampir semua mengalami cidera. Yang paling parah adalah Kakak tertua kami. Beliau mengalami luka dalam, lambungnya pecah.
Ayah dan Mama kami sangat sayang kepada beliau, tetapi Allah jauh lebih sayang. Di RS PMI Bogor, Kakak kami, alm Fetty Ainun binti Noekman, menghembuskan nafas terakhir.
Saya sendiri masih berusia 2 tahun kala itu dan tidak bisa mengingat apapun dari kejadian itu.
Satu hal yang saya ketahui akibat kejadian itu adalah ayah kami yang mempunyai polis asuransi jiwa, mendapatkan santunan atas wafatnya Kakak kami. Saya diberitahu bahwa ayah kami murka kala perwakilan perusahaan asuransi jiwa. datang ke rumah memberikan santunan atas kematian Kakak kami. Ayah kami menjadi marah dikarenakan kecintaannya kepada sang Kakak, yang menganggap santunan itu sebagai pengganti nyawa.
Alhasil, ayah kami sejak itu tidak mau lagi mempunyai polis asuransi jiwa, dan juga tidak mau memakai mobil merk dan jenis tertentu. Bahkan, atas pesan ayah kami, sekeluarga tidak pernah singgah ke kawasan Puncak selama puluhan tahun. Hingga seingat saya, ketika saya duduk di bangku SMP kelas 2, barulah pintu ke Puncak kembali terbuka, ketika ayah kami sudah bisa melalui trauma melewati kawasan Cipayung, tempat kejadian kecelakaan maut satu dekade sebelumnya.
Yang menariknya, ayah kami adalah seorang underwriter. Tetapi tidak ada satu pun polis asuransi yang dipegangnya, kecuali untuk asuransi kebakaran bagi rumah kami. Saya belum bisa menemukan kesimpulan atas sikap beliau sampai sekarang. Tetapi hipotesa saya, beliau mengambil posisi risk retention ketimbang risk aversion.
End of part 4 :
To be continued ~
~ posted by @erwin_noekman erwin@noekman.com for erwin-noekman.com with disclaimer on ~