Seringkali kita mendengar pembicaraan orang yamg mengaitkan kemampuan (finansial) dengan suatu ibadah. Semisal, melaksanakan haji bila mampu.
Mungkin tidak salah, tetapi saya melihat definisi “mampu” bisa menjadi bias. Bahkan lebih jauh, menurut pengamatan saya, “mampu” seringkali menjadi excuse.
Pergi haji bila mampu (?) (financially able, sehat)
Berqurban bila mampu (?) (financially able)
Berpuasa bila mampu (?) (sehat, tidak safar)
Zakat bila mampu (?)
(harta milik sendiri yg sudah melewat nishab dan haul)
Shalat (berdiri) bila mampu (?)
(sehat)
Wudhu (dengan air) bila mampu (?)
(tidak sakit atau ada kendala bila kena air)
🤔
Bukankah syarat wajib di atas itu semua, adalah iman (?)
🤔
Bukankah mampu atau tidak, dikembalikan ke iman (?)
🤔
Bukankah yg mendapat perintah2 di atas “hanya” orang-orang beriman (?)
#peace
#selfreminder
Jakarta, 23 Juli 2018