Apabila jumlah harta sudah menjadi ukuran kesuksesan hidup seseorang, maka seseorang yang sudah mampu mengumpulkan harta akan mengakuinya sebagai catatan prestasi kesuksesan dan akan menganggap dirinya berada satu tingkat di atas orang lain.
Kondisi sebaliknya, bagi seseorang yang tidak mempunyai atau kekurangan harta, niscaya ia pun akan menganggapnya sebagai sebuah kegagalan, bahkan bisa jadi merupakan sebuah kehinaan.
Hal ini sebenarnya merupakan keyakinan dan warisan budaya kuno. Para Raja dan bangsawan di negeri tersebut, ketika wafat, akan membawa seluruh harta kekayaan mereka ke dalam kubur, sebagai bekal kehidupan di alam berikutnya.
Itulah aspek kekayaan secara materiil yang mereka anut yang merupakan cerminan cara pandang manusia objektif-materialistik atas harta dan kehidupan.
Disarikan dari:
Tasfir Salman
Tafsir Ilmiah atas Juz ‘Amma
Oktober 2014
ISBN 978-602-97633-8-6